2.04.2015

Pindah Rumah

Dua bulan terakhir ini gue sibuk pindahan. Sibuk beberes. Sibuk masukin barang-barang gue ke dalam kardus. Sibuk membuang barang-barang yg udah ngga terpakai lagi. Dan setelah seumur hidup tinggal di rumah itu, akhirnya gue terpaksa pindah karena udah ada yg beli rumah gue. Eh rumah nyokap maksudnya.

Rumah itu udah jadi saksi bisu dalam sepanjang kisah hidup gue. Mulai dari gue menangis di malam hari ketika masih bayi. Ketika gue mulai belajar untuk merangkak, berjalan, sampe akhirnya gue bisa berlari. Saksi bisu ketika gue jatuh berkali-kali waktu belajar sepeda roda dua sampe akhirnya gue mulai belajar mengendarai motor (walaupun cuma sebatas jalan lurus sama belok kanan kiri). Ketika gue mulai pake seragam merah putih sampe akhirnya melepaskan seragam putih abu-abu. Dan saksi bisu tentang siapa aja pacar yg pernah gue ajak ke rumah. Tsahelah.

Ketika gue beberes kamar, mendadak gue galau terserang nostalgia akut. Seolah-olah barang-barang yg gue masukin ke kardus berbicara ke gue tentang cerita dibalik barang itu dulu. Memori yg ada disana. Barang-barang mendadak jadi dua kali lipat lebih berat ketika gue masukin ke dalam kardus. Terus gue sedih karena harus pindah. Pindah dari rumah yg udah gue kenal baik setiap sudutnya, pindah dari lingkungan yg udah gue kenal baik tiap tikungannya. But most of all, gue sedih karena gue harus meninggalkan sesuatu yg udah sangat familiar dalam hidup gue.

Setelah dipikir-pikir, pindah rumah itu sama kayak move on dari pacar. Eh mantan maksudnya.

Ketika kita dipaksa untuk keluar dari zona nyaman yg udah kita kenal baik, ketika kita dipaksa untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama saat dulu masih sama mantan, ketika kita dipaksa untuk memasukkan kenangan-kenangan lama ke dalam kardus, ketika kita dipaksa untuk pergi karena udah ada penghuni yg baru. Dan ketika semua yg ada hanya untuk ditinggalkan. 

Sama kayak pindah rumah, ketika kita menemukan rumah yg baru, sekalipun jauh berbeda dengan rumah yg lama, tapi pasti akan ada hal-hal baru yg jauh lebih baik dibanding rumah yg lama. Misalnya, halaman yg lebih luas atau atap yg lebih tinggi. Dan kita harus bisa beradaptasi lagi dengan rumah baru. Misalnya lingkungan yg berbeda dengan rumah yg lama atau pemandangannya jauh berbeda. Walaupun berat untuk melakukan semua hal itu, tapi terkadang kita ngga punya pilihan lain selain ngejalaninnya. Seiring berjalannya waktu juga nanti kita bakalan ngerasain hal familiar yg dulu kita rasain kok. 

Perpindahan juga jadi salah satu titik balik dalam hidup kita. Mengutip dari Raditya Dika:
"Esensi kita menjadi makhluk hidup adalah pindah. Dimulai dari kecil, kita pindah dari rahim ibu ke dunia nyata. Lalu, kita pindah sekolah, lalu pindah pekerjaan. Dan, pada akhirnya, kita pindah hidup. Mati, pindah ke alam lain.  
Hidup penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti."



Depok, 25 Januari 2015 

No comments:

Post a Comment