7.02.2014

Enggan Yang Terlihat (By: Nuranna Ayu Septyaningrum)

Kini aku enggan menceritakan semua kepada nya. Tak lagi semudah itu untuk mencari nya. Bukan karna kepayahanku yang tak menemukan nya, tapi karna hatiku tak lagi menangkap ada sosok nya. Dan itu seperti teguran kecil untukku, bahwa hatiku tak lagi ingin dibayangi nya.

Aku seperti keledai. Terlalu bodoh mempercayai nya begitu saja, meskipun ia tak pernah berkhianat sekalipun. Mempercayai nya, karna mungkin ia bisa menyeimbangiku. Mempercayai nya, karna mungkin ia bisa memahamiku. Mempercayai nya, karna mungkin ia bisa menangkap sinyal kebisuanku. Terlebih (lagi) kebodohan yang fatal, karna ada harapan yang dituju pada nya.

Yaa, ini seperti pukulan telak bagiku. Haha. Betapa lucunya diri ini. Mempertahankan sesuatu yang mungkin hanya diperjuangkan oleh satu pihak.
Maaf, jika selama ini keberadaanku hanya angin lalu bagimu. Maaf karna aku tak bisa memahami hingga akhir. Maaf karna aku harus melepas genggamanmu.
Itu menyakitkan bagiku, saat aku harus lebih erat menggenggammu, namun satu persatu jemarimu melepaskannya.

Sepertinya, apa yang ada diantara aku dan kamu itu hanya omong kosong.

Entah hatiku yang salah, atau sikapmu yang seenaknya.
“Dia memang bersinar, tapi tidak untuk kegelapanku. Dia memang cahaya, tapi tidak untuk bayanganku.”

see the orignal post here 

No comments:

Post a Comment