1.28.2015

Mahasiswa Skripsian #4

Mau cerita. Ga ada yg baca juga gapapa. Intinya mau cerita. Udah itu aja.

Akhirnya udah nemu judul yg pas. Finally. *buang nafas lega*. Walaupun sebenernya bukan itu judul pertama gue karena setelah melihat judul yg pertama itu datanya susah, gue udah ngobrak-abrik google buat nyari objek penelitian dan ga dapet juga. Terus gue memutuskan untuk mengganti judul gue. Dengan berat hati akhirnya gue melepas judul pertama. Dadah Biological Assets. Mungkin kita belum berjodoh saat ini. *ngelap airmata pake jurnal*

1.23.2015

Maaf.

Dengan segenap keberanian, akhirnya aku membuka mulut. Melemparkan bilah-bilah belati pada sebongkah hati yang masih rapat berbalut rindu. Memudarkan binar pada sepasang mata yang menatap kehausan. Mengembalikan garis-garis ke tempatnya semula. Dan semuanya dengan lidah serta tangan yang bergetar lantaran penuh dengan rasa bersalah.

Maaf.

1.22.2015

Riak (Ombak).

Bukankah semua berawal dari sebuah riak? Kecil, halus, air yang terdorong angin yang berhembus. Kemudian tanpa sengaja membentur badan perahu, membuatnya berayun pelan. Tak pernah berbahaya. Lalu angin menendang-nendangnya membuat riak menggulung makin besar, mengubahnya dari sekadar gelombang di air menjadi sang ombak yang kencang. Mengguncang-guncang perahu. Lantas akhirnya menenggelamkan hingga karam. Semua berawal dari hanya sebuah riak, sebelum angin bosan dan mengubahnya menjadi sang ombak.

1.20.2015

Apa sih rasanya selingkuh?

Apa sih rasanya selingkuh?
...
Aku nanya beneran.
...
Ih aku beneran nanya.
Udah ah.

1.11.2015

Menjadi Hujan

Orang-orang dewasa itu aneh. Mereka bilang menyukai hujan, tapi selalu berlindung di balik payung, berlindung di bawah atap. Bahkan beberapa dari mereka memaki karena hujan membuat baju mereka basah.

Mereka tidak benar-benar menyukai, hanya mulutnya saja, tindakannya tidak. Mereka hanya mencari sensasi atau sedang menjual romantisme. Nyatanya, mereka menyesali hujan yang tak kunjung reda, mendinginkan udara sekitar, dan membuat jemurannya tak kunjung kering.

1.09.2015

Ngga Semua Tentang Cinta Melulu

"Terus icha gimana, ngga mau nyari pacar?" - Adinda Cecaria Mentari, 21 tahun.
Semalem gue ditanya kayak gitu sama Dinda. Dan mau tau apa jawaban gue? Gue cuma ketawa doang sebagai jawabannya. Seriusan cuma ketawa doang. Bukan ketawa sedih atau miris, tapi justru ketawa karena lucu. Padahal ga lucu sama sekali kan? Tapi gue beneran ketawa coba. Gue emang aneh.

1.07.2015

Mahasiswa Skripsian #3

Hari ini SK udah keluar which means gue bisa langsung nulis skripsi tanpa harus mengajukan proposal which means IPK gue udah diatas 3,25 which means gue udah harus nyari bahan buat materi skripsi.

Oke fix semalem gue galau, sekarang makin galau.

Gue bingung harus mulai dari mana, padahal nyusun skripsi itu sama persis kayak nyusun penelitian ilmiah kemaren. Tapi mendadak gue kayak clueless gitu.

Disaat temen-temen gue yg lain galau karena ga dapet SK which means mereka harus nyusun proposal dan nyari judul yg bagus biar proposalnya diterima, gue justru galau harus ngapain. Kayak terombang-ambing ngga jelas gitu.

Ini curhat. Banget. Lagi butuh ngeluarin unek-unek biar ga asma gegara keseringan dipendem.

1.06.2015

Umur Hubungan (Oh please -_-)

"Kalo gue perhatiin nyoh, lo berdua umur hubungannya pas banget sama tahun kita kuliah. Nih ya:
  1. Tahun pertama: deket
  2. Tahun kedua: ngga jelas, pacaran engga tapi temenan doang juga sikapnya udah kayak pacaran
  3. Tahun ketiga: pacaran
  4. Tahun keempat: putus”
- Luna Annisa, 21 thn, mahasiswa, temen kosan.

Setelah dipikir-pikir iya juga sih katanya si Luna. Ngeselin emang. Tapi lucu juga. Kalo dibawa kesel malah bikin mood jadi ngga enak kan? Mending dibawa lucu, jadi bahan ketawa. Lumayan buat nambah energi positif. Sebagian luka emang sebaiknya jadi bahan tertawa aja dibandingkan terus diratapi bukan?

:)

(2 Januari 2015)

Mahasiswa Skripsian #2

Sebenernya ini tugas dari dosen softskill buat nyari jurnal tentang topik skripsi yg mau diambil nanti, dan wajib dikumpulin besok pagi jam delapan. Kata beliau, hitung-hitung nyicil jurnal. Nah untuk skripsi itu minimal harus ada dua jurnal berbahasa Inggris. Jadilah gue disuruh nyari jurnal berbahasa Inggris tersebut.

JEGERRRR!
Ngga kaget sih, biasa aja. Itu biar ada efek dramatisnya aja wqwq.

Balik ke si topik skripsi.

Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan tindakan yang disengaja oleh manajer dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi (boleh dilakukan) untuk kepentingan tertentu. Hal ini (manajemen laba) terjadi merupakan akibat dari hubungan asimetri antara manajer, pemegang saham, dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan. Hal ini terjadi merupakan akibat dari hubungan asimetri antara manajemen, pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tingkat kepentingan (keinginan) yang satu sama lain tidak sama, saling bersebrangan.

1.03.2015

Kepada Orang Yang Baru Patah Hati.




Kepada orang yang baru patah hati,
Persilahkan dirimu bersedih. Para orang punya pandangan yang aneh tentang bersedih. Seakan-akan bersedih adalah hal yang tabu, seakan kamu harus buru-buru tertawa. Setelah hal buruk menimpah, tapi tidak ! Seperti hujan di tepi senja, kamu harus membiarkan setiap sendu yang ada.
Setiap kematian butuh peratapan, begitu pun cinta yang telah mati, maka lakukanlah apa yang orang patah hati lakukan. Menangis hingga tidak bisa mendengar suaramu sendiri, makan coklat sebanyak-banyaknya, mandi air panas hingga jarimu pucat, pergi ke kafe dengan tatapan nanar, pesan satu buah es teh manis karena kopi mungkin terlalu pahit untuk diminum disaat seperti ini. Izinkanlah dirimu bersedih. Menangislah seakan ini terakhir kalinya kamu dikecewakan seseorang. Menangislah seakan kamu lupa caranya berharap.


Tidak, jalan kita memang tak berpotongan.
Aku lah yang memaksa untuk membelokkan garis-garis itu.
Dan pada akhirnya semua patah

(26 Desember 2014)

1.01.2015

"Nothing's lost forever..."

“Night flight to San Francisco; chase the moon across America. God, it’s been years since I was on a plane. When we hit 35,000 feet we’ll have reached the tropopause, the great belt of calm air, as close as I’ll ever get to the ozone. I dreamed we were there. The plane leapt the tropopause, the safe air, and attained the outer rim, the ozone, which was ragged and torn, patches of it threadbare as old cheesecloth, and that was frightening. But I saw something that only I could see because of my astonishing ability to see such things: Souls were rising, from the earth far below, souls of the dead, of people who had perished, from famine, from war, from the plague, and they floated up, like skydivers in reverse, limbs all akimbo, wheeling and spinning. And the souls of these departed joined hands, clasped ankles, and formed a web, a great net of souls, and the souls were three-atom oxygen molecules of the stuff of ozone, and the outer rim absorbed them and was repaired. Nothing’s lost forever. In this world, there’s a kind of painful progress. Longing for what we’ve left behind, and dreaming ahead. At least I think that’s so.

- Tony Kushner, Angels in America.