naif
pula membawaku pada kata
pelan-pelan memecah rindu yang belum selesai
mengantarkan aku pada satu kebodohan yang terus kuumpat
resah tiap kali muncul namamu
hilang pula warasku saat semesta mempertemukanku dengan senyummu
namun selalu, selalu
eksistensimu mengingatkanku akan sesal yang berulang
lantas kutatap lekat garis itu,
yang sengaja kugambar paksa saat rindu mulai bicara
membatasi aku dengan sesal atas satu kebodohan besarku;
melewatkanmu
No comments:
Post a Comment