Di umur yg sering dibilang orang-orang katanya "usia matang" walaupun ngga ada korelasinya sama sekali dengan panen maupun buah, pandangan dan sikap akan segala sesuatu yg terjadi di perputaran hidup pun sedikit demi sedikit berubah.
Mungkin karena banyaknya peristiwa yg sudah gue lewati hingga umur ini. Atau mungkin memang karena semakin menua, perspektif maupun tanggapan akan sesuatu pun juga bergeser. Ya salah satu diantara itu lah.
Yg gue rasakan perbedaannya salah satunya yaitu ketika gue harus mengikhlaskan sesuatu.
Waktu masih kecil, saat gue menginginkan sesuatu lalu Papah atau Mamah gue engga setuju untuk membelikan sesuatu itu, biasanya gue akan memaksa dan membujuk rayu mereka untuk membelikannya, karena keinginan untuk memiliki benda itu seperti hidup dan mati. Yah namanya juga anak kecil. Ujung-ujungnya sih tetap ngga dibelikan, jadinya gue ngambek dan terus kepikiran akan benda itu hingga seminggu paling lama.
Tapi semakin kesini, gue pun mengerti kalau roda hidup bukan cuma ada tangan gue yg mengayuh pedalnya. Ada tangan Tuhan yg ngga bisa gue paksa kehendaknya.
Banyak hal yg tidak bisa gue dapatkan. Beberapa nama yg sudah tidak lagi malang-melintang di hidup gue. Mimpi yg dulunya seterang bintang kejora, sekarang hitam ditelan realita. Dan seperti anak-anak Adam lainnya, cinta yg tidak bisa gue miliki.
Dulu mungkin gue akan mengutuk takdir karena sudah begitu curang membuat hidup yg tadinya lurus, menjadi oleng hingga ke tepi jurang. Gue akan terus menerus bertanya pada langit, kenapa semua itu harus terjadi pada gue. Apa salah gue? Mengapa hidup tak bisa setenang alir air di sungai? Gue merasa begitu dikerjai oleh takdir dan kawan-kawannya.
Tetapi sekarang, gue belajar untuk lebih menerima bahwa ada alasan dibalik semua, tidak semata-mata ada hanya untuk merusak bahagia. Dari situ pun gue belajar untuk lebih ikhlas dalam berjalan di hidup fana ini. Bahwa ada hal-hal yg tidak bisa gue miliki, dan setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Bahwa tidak selalu yg datang pasti akan tinggal. Bahwa ada nama-nama yg harus gue relakan pergi. Bahwa semakin menua, lingkaran orang-orang terdekat pun ikut mengecil.
Terkadang memang bukan salah siapa, tapi memang hidup berjalan seperti itu. Dan tugas gue selanjutnya adalah ikhlas, karena gue yakin setiap yg pergi pasti akan digantikan dengan yg lebih baik. Tuhan Maha Tahu Yang Terbaik. Setelah itu, bersyukur. Bersyukur akan semua yg masih ada di sini, akan mereka masih tinggal dan enggan beranjak pergi, dan bersyukur untuk semua yg masih gue miliki.
No comments:
Post a Comment