8.28.2025

I'm angry, and you should too

Part 1

Hari-hari ada aja kelakuan bodoh pemerintah yang bikin mulut gue pengen ngehujat.

Nggak cuma kelakuan, omongan pemerintah makin hari makin ngawur. Jadi kayak orang asbun yang dikasih jabatan. Dan ternyata benar kan, jabatan-jabatan itu ternyata juga “dikasih” tanpa melihat kredibilitasnya si orang-orang yang dikasih ini. 

Makanya tuh ada kan yang abis ketangkap karena korupsi yang ternyata jenjang karirnya diawali dari jadi driver ojek online di tahun 2016. Terus di tahun 2024, si doi yang jadi tersangka kasus korupsi ini nih jadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan RI. Wah, fantastis sekali ya, cuma butuh waktu 8 tahun doang untuk ke level setinggi itu. Tepuk tangan sih gue. Padahal dari driver ojol, karir selanjutnya itu cuma jadi Ketua Relawan lho.

Gue nggak mengada-ngada, orang ini lagi rame di berita. Silakan cari sendiri. 

Nggak hanya si Wakil Menteri ini aja, banyak banget orang-orang di pemerintahan negara ini yang makin ketara nggak kompetennya. Di berita tuh seliweran terus omongan-omongan dan kelakuan bodoh mereka.

Masalahnya, mereka-mereka ini digaji pakai uang siapa coba? Uang gue, uang kalian, dari pajak yang kita bayar. Pajak yang mereka naikin terus tiap tahunnya. Mereka hidup bermewah-mewah dengan segala kenyamanannya dari hasil pajak kita. Sedang kita-kita yang bayar pajak? Bukannya makin sentosa malah makin nelangsa!

Jadi wajar nggak kalau gue marah? Justru memang sudah seharusnya nggak sih kita marah? Masa kita masih mau diem aja ketika melihat hal-hal bodoh yang terang-terangan dipertontonkan kayak gini terus-terus hari demi hari? 

Maka dari itu gue nggak komplain sama sekali atas kemacetan hari ini, toh sehari-hari juga sudah kena macet ketika berangkat kerja. Justru gue sangat mendukung semua yang turun ke jalan hari ini untuk berunjuk rasa karena ya mereka mewakili kemarahan gue atas ketidakbergunaan mereka-mereka yang lagi menjabat di semua lapisan pemerintahan Indonesia.

Part 2

Sementara itu, di group chat circle gue lagi pada sibuk bahas si artis yang cerai sama istrinya. Manuver basi pemerintah untuk pengalihan isu, tumbalin artis. Chat masuk terus ngebahas hal yang sama: perceraian si artis. Gue bahkan nggak tahu ini artis siapa padahal mereka sudah ngasih tahu namanya. Ya karena menurut gue nggak penting. Gue sudah nggak pernah mengikuti perkembangan berita selebritas Tanah Air semenjak gue masuk kuliah karena menurut gue nggak penting. Apakah dengan gue tahu seluk-beluk si artis ini, atau artis-artis Tanah Air lainnya, akan membawa manfaat di hidup gue? Enggak kan?? Jadi ya buat apa gue memenuhi isi otak gue dengan hal-hal nggak bermutu gini.

Maksud gue apa ya, can we talk about something that actually matters? Rasanya gue pengen ngomong gitu ke mereka. Atau ngomong:

“Kalian nih tahu nggak sih permasalahan negara kita sekarang tuh kayak apa?”

“Di fyp kalian lewat kan video tentang berita Tanah Air yang lagi heboh sekarang yang bukan tentang artis?”

“Kalian nggak marah kah ges ke pemerintah atas hal-hal nggak masuk akal ini?”

"Kok kalian diem aja sih? Kalian nggak murka sama apa yang terjadi di negara kita sekarang??" 

Gue tahu beberapa orang di circle gue termasuk ke golongan 58% itu. Ya nggak tahu lah apakah mereka sekarang menyesal dengan pilihannya setelah melihat kacrut marutnya negara ini, atau yaudah bodo amat. Semoga sudah pada nyesel dan ke depannya bisa lebih bijak dalam memilih, nggak gampang tergiur dengan joget-joget okegas.

Jadi, kadang tuh kalau mereka sudah heboh bahas seleb Tanah Air, di kuping gue tuh rasanya mereka kayak lagi ngomong pake bahasa alien. Gue nggak ngerti sama sekali. Dan keseringan juga gue jadi agak menarik diri karena topik pembahasannya nggak menarik buat gue. Sedangkan gue butuh stimulus obrolan-obrolan yang berbobot. Hal-hal yang akan menambah ilmu ke gue. Gue butuh itu.

I mean don’t get me wrong ya, temen-temen di circle gue ini asik-asik kok orangnya, kita sering ketawa bareng. Tapi kalau untuk topik obrolan yang bermutu itu memang gue nggak dapat dari mereka. 

Part 3

Nah, mau nggak mau gue jadi harus mencari temen baru kan untuk bisa dapat obrolan yang seru yang bisa menambah ilmu ke gue?

Tapi masalahnya, untuk dapetin temen baru di umur 30an kayak gini tuh sudah susah. Nggak segampang ketika dulu masih sekolah atau kuliah. Umur segini tuh orang-orang sudah pada sibuk dengan keluarganya, dengan kehidupannya masing-masing.

Lalu kebanyakan juga sudah “settle” dengan existing pertemanan mereka. Lagipula, biasanya temen-temen yang ada di hidup kita sekarang tuh ketemunya ketika masih sekolah atau kuliah dulu nggak sih? Temen-temen baru mungkin ada ketika ketemu di satu tempat kerja yang sama.

Gue frustrasi banget akan hal ini karena gue tahu gue butuh temen baru, sedangkan untuk punya temen baru itu juga gue nggak bisa ujug-ujug ngajak temenan kayak dulu waktu kecil. Gue bahkan sudah di titik nggak masalah menjadi yang paling bodoh di satu circle, karena paling enggak gue tahu kalau gue berteman dengan orang-orang pintar dan gue akan dapat banyak ilmu dari mereka. 

Lalu Michael bilang memang di tiap circle pertemanan itu topik obrolannya akan beda-beda. Ada circle yang memang topik obrolannya seputar hal-hal konyol dan seputar olahraga, lalu circle lain pembahasannya kebanyakan tentang teknolgi terkini, pop culture, dan musik. Dia juga menyarankan untuk coba ikut kelas melukis, kelas yoga, kelas aktivitas lainnya yang bisa membantu gue bertemu dengan teman baru. Selain dapat temen baru, gue juga jadi ada kegiatan yang bermanfaat.

Part 4

Tapi… aktivitas-aktivitas ini butuh biaya. Kita lihat lagi ke Part 1 tadi. Kondisi negara lagi amburadul. Biaya hidup makin tinggi sedangkan gaji segitu-gitu aja. Gaji sama tagihan kejar-kejaran terus setiap bulannya. Lah ya pantesan aja gue nggak tajir-tajir, ternyata gaji gue nggak cuma untuk menghidupi keluarga doang, tapi juga menghidupi pejabat-pejabat sampah itu.

Bahkan sekarang gue nggak merasa hidup, gue lebih merasa sedang bertahan hidup.

Jadi semua yapping gue ini tuh berkesinambungan satu sama lain. Ada jalan ceritanya, dan somehow mereka connect satu sama lain. Tapi, semuanya sama-sama bikin gue frustrasi. Jadi gue marah dan frustrasi di waktu yang bersamaan.



25.08.2025

No comments:

Post a Comment