10.09.2013

#Rekomendasi: The Waroeng of Raminten (Edisi Jalan-Jalan)

Masih berhubungan dengan postingan terakhir saya tadi (jangan bingung kenapa disini ditulisnya "saya" bukan "gue", karena ini salah satu tugas kuliah saya di mata kuliah Bahasa Indonesia jadi saya tidak mungkin menggunakan "gue" kan?), kali ini saya mau membahas soal rumah makan yg sempat saya dan teman-teman saya singgahi ketika di Jogja.

Saya dan teman-teman berkesempatan mencicipi sajian dari rumah makan The Waroeng Of Raminten di Kaliurang Km 15,5 yg merupakan cabang dari The House Of Raminten di Kotabaru. Sebelum berangkat ke Jogja saya sempat googling tentang The House Of Raminten serta beberapa fotonya tapi begitu sampai di The Waroeng Of Raminten, suasanya sangat berbeda karena terlihat seperti resto alam disertai alunan merdu gendhing Jawa, berbeda dengan The House Of Raminten di Kotabaru yg seperti restoran tengah kota.

saya dan teman-teman

Disini hawanya lebih segar dan lebih sepi, lahannya juga luas, sangat kontras dengan cabang di Kotabaru yg selalu ramai dan dibuat hingga tingkat 3 karena penuhnya pengunjung. Di The Waroeng Of Raminten saya tidak perlu mengambil nomer antrian seperti di The House Of Raminten yg sempat juga saya kunjungi namun tidak jadi karena saya harus menunggu selama satu jam dan baru bisa mendapat tempat duduk.

Bangunan berbentuk joglo yang didominasi kayu ini mempunyai beberapa tempat makan; di bangunan utama dengan meja dan kursi kayu, atau duduk lesehan di ‘bangsal’ atau di dangau di sekitar kolam. Namun sayang, ketika saya kesana kolamnya justru tidak ada airnya alias kering dan terlihat kurang terawat. Di tengah tengah hanya ada tempat air mancur yg tidak mengeluarkan air mancur sama sekali. Padahal jika kolamnya dirawat, mungkin akan menambah keindahan restoran tersebut. Bangunan rumah makan ini dibentuk mirip rumah tua dengan bahan dasar kayu plus lampu-lampu gantung kuno. Hampir tidak ada meja atau kursi formal, tapi yang ada hanya meja berkaki rendah dengan kursi lesehan yang terbuat dari anyaman rotan.

courtesy of Google


salah satu teman saya, Dini, yg ikut mencicipi The Waroeng Of Raminten
Namun seperti biasanya, restoran ini memang bukanlah restoran biasa. Banyak hal "nyeleneh" disana. misalnya seperti tulisan ini

courtesy of Google

dan juga ukuran gelas minumannya yg sebesar pot bunga.

courtesy of Google

Namun ketika saya disana, saya hampir tidak menjumpai pelayan wanita, kebanyakan laki-laki yang menggunakan baju ketat hitam dipadu sarung batik. Para pelayan laki-laki ini melayani dengan gemulai dan menjelaskan menu satu persatu dengan suara lemah lembut. Mungkin ini juga termasuk sisi "nyeleneh" dari The Waroeng Of Raminten.

Dan tentu saja banyak hal khas Raminten disini

courtesy of Google



Karena saya belum pernah mencicipi menu di The House Of Raminten Kotabaru jadi saya tidak bisa membandingkan untuk urusan menunya. Tapi saya cukup puas dengan sajian menu di The Waroeng Of Raminten, tentu saja karena harganya yg bersahabat dengan dompet. Saya memesan paket makanan yg sudah termasuk: Nasi, Ikan Goreng, dan Es Teh Manis dengan harga Rp 14.000 saja. Rata-rata harga disini masih terjangkau oleh dompet mahasiswa seperti saya. Untuk urusan rasa, saya cukup puas.

salah satu menu yg dipesan oleh teman saya
"Rasanya lumayan, harganya merakyat, untuk turis di rekomendasikan sekali." Ferdy, 20 tahun, mahasiswa.

Saya pribadi menempatkan The Waroeng Of Raminten sebagai "Tempat Wajib Kunjung di Jogja" karena keunikan dan ketidakbiasaannya. 

Referensi tambahan:
sumber 1
sumber 2
sumber 3

No comments:

Post a Comment