Perempuan:
Aku memakai baju biru keberuntunganku khusus untuk hari ini. Ya kuakui itu memang hal yang bodoh, tak ada satu orangpun yang melakukan hal itu. Tapi aku butuh sedikit keberuntungan hari ini, mengingat ini adalah hari ini aku masuk kuliah. Hari pertama di universitas yang sepertinya akan menyeramkan karena ini jauh berbeda dengan masa sekolah kemarin. Dari sekolahku hanya aku yang masuk Universitas ini dan jurusan ini, jadi aku benar benar sendirian. Tidak ada satupun yang kukenal kecuali beberapa, itu juga karena bantuan sosial media.
Ketika aku memasuki ruang kelas, wajah wajah disana semuanya tampak asing bagiku. Rasanya seolah masuk kedalam ruang waktu dan dimensi yang berbeda, semuanya tampak kabur. Aku mengambil tempat duduk di barisan paling depan karena hanya di barisan itu yang terisi oleh beberapa orang yang kukenal. Untuk saat ini lebih baik aku tidak berdekatan dengan orang asing, sudah terlalu banyak wajah asing yang kutemui hari ini. Sesekali kulirik beberapa wajah di dekatku mencoba untuk menghafalnya. Aku menoleh kebelakang kearah kumpulan lelaki yang sibuk mengoceh. Ada salah satu diantara mereka yang suaranya paling terdengar jelas, paling keras. Kupandangi dia yang sedang asik bertukar guyonan pada teman temannya. Wajahnya seperti kriminal. Hahaha tidak, aku hanya bercanda. Kalau dilihat sekilas dia seperti tipe anak laki laki yang suka bikin ulah dan usil juga berisik. Dan tiba tiba dia melihat kearahku.
Mati aku!
Langsung cepat cepat kualihkan pandanganku ke papan tulis di depan yang tampak membosankan sambil berusaha untuk bersikap normal seakan aku tidak tertangkap basah sedang mengamati seseorang.
***
Laki-laki:
Lumayan. Itulah reaksi pertamaku tentang kelas ini, sebenarnya lebih kepada anak anak lelakinya karena mereka semua ternyata menyambung jika diajak bicara dan seru untuk diajak bercanda. Aku langsung bisa membuka diriku untuk lelucon lelucon yang saling kami timpali. Suasana kelas yang awalnya sunyi senyap, penuh dengan kekakuan karena belum terbiasa satu sama lain kini pekat riuh karena suara tawa kami.
Aku sedang tertawa karena lelucon yang dilontarkan oleh salah satu temanku ketika aku melihat dia sedang memandang kearahku. Sedetik kami saling bertukar pandang tapi lalu dia memalingkan wajahnya ke depan, entah kemana dia sedang memandang. Kupandangi dia, rambut panjangnya jatuh lemas di punggungnya hingga menutupi sebagian baju birunya. Kemudian aku iseng menyenggol salah satu temanku.
"Eh, menurut lo di kelas ini yang paling cantik yang mana?" tanyaku padanya.
"Yang itu tuh, yang pakai baju garis garis warna pink. Gue suka sama dia dari pas OSPEK, eh taunya gue sekelas sama dia sekarang." jawabnya. Mataku langsung mencari cari perempuan yang memakai baju garis garis pink. Ah, ternyata dia yang dimaksud. "Atau engga yang itu tuh yang pakai baju putih yang rambut panjang, cantik banget."
"Oh yang itu, iya sih yang pakai baju putih cantik. Tapi engga ah, lebih cantik yang pakai baju biru." kataku sambil memandang dia yang sekarang asik berbincang dengan temannya.
"Yang itu maksud lo yang rambut panjang yang duduk di depan?" tanya temanku.
"Iya yang itu."
"Ah engga ah, masih lebih cantik yang garis garis pink." katanya sambil melanjutkan mengobrol dengan teman teman yang lain.
Kupandangi perempuan berbaju putih, iya wajahnya memang cantik kuakui itu tapi entahlah... dia hanya sekedar cantik. Lalu mataku beralih pada si baju biru itu, rambutnya tergerai panjang dipunggungnya. Dia memang tidak secantik si baju putih, tapi dia lebih... entahlah, ada sesuatu pada dirinya yang membuat mataku selalu terfokus padanya. Lagipula si baju putih terlalu repot dengan pakaiannya tapi si baju biru itu tidak, dia simpel, tidak macam macam. Dia menarik.
PS: inspired by a true story hehehehe. Udah lama sebenernya ini nangkring di draft, ada kali setahun lebih tapi lupa di posting terus. Kebiasaan emang.
No comments:
Post a Comment