5.11.2015

Pupus.

Sekarang rasanya seperti... Entahlah. Belum menemukan kata-kata yg pas untuk menggambarkan sekarang. Masih mencari-cari di setiap lekuk otak. Seolah semua aksara terserap oleh namanya.

Pupus.

Ya pupus.
Itu mungkin yg paling mendekati.

Berantakan.
Sudah jelas.

Pedih.
Jangan ditanya.

Ketika semua yg ada, semua yg terasa, hanya sesuatu yg bukan dua arah. Ketika semesta menghempaskan tubuhmu karena kau terbang terlalu tinggi. Ketika realita merobek-robek harapan dengan tangannya yg tak pandang bulu. Ketika kau terbangun dari mimpi indah hanya untuk melihat yg jauh lebih buruk.
Ya, seperti itulah rasanya.

Dan ketika hujan turun bukan lagi dari awan mendung, tapi terjatuh pelan dan bisu dari sudut mata bersama bibir bergetar menahan perih.

Ya, sesakit itu rasanya.

Ingin tahu bagian yg lebih menyedihkan? Ini bukan yg pertama kali, atau kedua, atau ketiga kalinya.

No comments:

Post a Comment