1.04.2019

Hours Away

So this is it... the day that I wish wouldn’t have to come, now is just hours away. 

Barusan habis ketemu Fikri, makan malam, menunya ketoprak pinggir jalan di dekat SMA dulu. Ngobrol-ngobrol kayak biasanya, ketawa-tawa kayak biasanya. Padahal kemarin gue sudah menyusun apa-apa aja yang mau gue bicarakan sama dia, tapi seperti biasanya kalau sudah ketemu dia, buyar semua. Mungkin karena terbawa suasana juga, gue jadi lupa, lupa kalau besok gue harus pindah dari kota ini. Mungkin di situ gue lupa kalau nantinya akan ada kilometer yang berdiri di tengah-tengah. Atau mungkin gue sengaja lupa supaya gue ngga perlu ingat kalau besok gue pindahan. 

Selesai makan, dia antar gue pulang. Begitu sampai di depan rumah, semua menghantam gue kayak petir. Ini bakalan jadi kali terakhir dia antar gue sampai di depan rumah. Ini juga mungkin kali terakhir bisa ketemu cuma untuk makan malam iseng. Lalu kali terakhir dia jemput cuma pakai kaos dan celana pendek (plus helm). Hal-hal kecil yang akan gue kangenin. 

Ya memang masih akan tetap ketemu entah Sabtu atau Minggu, tapi ya itu tadi, akan ada hal-hal kecil yang hilang dan digantikan dengan hal yang baru. Mungkin kalau dulu dia bisa jemput di depan rumah, sekarang dia jemputnya di depan stasiun. Yang biasanya ke rumah cuma butuh 15 menit, sekarang butuh 2 jam perjalanan untuk ketemu. Atau udah ngga mungkin lagi keluar cuma untuk makan malam iseng di pinggir jalan. Penyesuaian di sana-sini.

Setelah antar gue, kita ngobrol sebentar di depan pagar. Cuma sekitar 5 menitan, sebelum akhirnya dia pamit pulang, karena sudah malam juga. Ada ritual yang selalu gue lakukan, selalu, dari jaman gue SMA dulu: gue selalu nunggu mereka (pacar gue, siapa pun mereka) untuk belok di tikungan dulu, baru gue masuk rumah. Gue belum mau masuk rumah sampai punggung mereka ngga lagi terlihat oleh mata gue. Gue sendiri pun lupa awal mulanya kenapa, tapi hal ini masih terbawa sampai sekarang. Dan begitu motornya perlahan menjauh, punggungnya makin lama makin mengecil, sampai akhirnya hilang di tikungan... mata gue basah. Tapi gue tahan, malu kalau ada tetangga yang lihat, takut disangka yang aneh-aneh. 

Rasanya kayak waktu berangkat ke Philippines dulu, tapi bedanya kalau di Philippines gue pasti pulang ke sini, sekarang sudah ngga lagi. Rasanya masih sama-sama berat untuk pergi.



4th January 2019
12.26 AM | Bekasi

No comments:

Post a Comment