Sebelum memulai postingan ini, alangkah baiknya kita semua berpikiran terbuka yah. Postingan ini adalah ruang bebas untuk beropini, dan itulah yang akan gue lakukan, beropini. Seperti opini pada umumnya, pasti ada yang setuju dan ada juga yang engga. Maka dari itu gue meminta kita untuk berpikiran terbuka.
Oke deh lanjut.
Dua hari yang lalu gue menemukan dua foto ini ramai diperbincangkan di ranah Twitter. Kebetulan gue juga salah satu pengguna Twitter yang aktif, jadilah kedua foto tersebut muncul juga di timeline gue. Ketika gue buka fotonya, gue pikir foto yang isinya kata-kata mutiara atau dakwah, ternyata... GUE SALAH BESAR!
Gue kebingungan. Bingung antara ini serius atau bercanda. Dan sepertinya kata-kata itu memang serius ditulis.
Gini, gini.
Sepengetahuan gue yang memang masih awam, siapalah gue yang bisa sok-sokan menasihati kalian soal pernikahan karena gue juga belum menikah, tapi satu hal yang gue yakin,
"Menikah ngga semerta-merta akan menyelesaikan masalah."
Justru sebaliknya kayaknya, akan ada masalah-masalah baru yang harus dihadapi setelah menikah nanti. Menikah itu ngga semudah kayak di buku dongeng, inget, itu hanya fiksi, yang kamu hadapin itu realita. Walaupun begitu, masalah-masalah baru yang akan kamu hadapin nanti itu ngga akan kamu sendirian yang selesaiin, ada pasangan kamu juga.
Temen gue kemaren cerita kalau dia pernah denger ada kalimat berikut terlontar dari temen perempuannya,
"Duh kok kerja gini banget ya, mau nikah aja lah."
Sekali lagi temen-temen sekalian yah, semua masalah ngga akan otomatis terselesaikan dengan menikah. Beneran deh. Kalo engga percaya coba tanya ke orang tua kalian, atau om tante, sodara sekalian.
Yang gue tentang adalah pemikiran seperti foto di atas, menikah sebagai jalan keluar dari permasalahan finansial atau permasalahan hidup. Sedih sebetulnya bukannya dikasih empowerment, tapi perempuan malah didoktrin seperti itu. Percaya deh, menikah itu bukan satu-satunya jalan keluar, apalagi kalo cuma permasalahan finansial.
"Bokek?? Nikah!"
Bokek? Ya kerja. Kamu dan pasanganmu juga ngga akan langsung jadi konglomerat dengan rumah berhektar-hektar dan mobil berjejer setelah sah ijab qabul kecuali kalo kalian nikahin anaknya konglomerat. Tapi kalo bukan anak konglomerat? Nah. Untuk dapetin uang caranya ya bukan dengan menikah, tapi dengan usaha.
Paham sih memang harus realistis juga, hidup ke depannya harus dipertanggungjawabkan ke orang tua kedua belah pihak. Ya siapa sih yang mau anaknya kelaparan setelah menikah. Tapi kalau menikah biar ngga bokek kok ya dangkal aja gitu pemikirannya kalo menurut gue. Berarti yang dicari itu hanya uang, bukan cari ridho Tuhan. Di sini aja niat menikahnya udah ngga bener, gimana ke depannya nanti?
"Saat wanita lelah bekerja, maka ia hanya ingin dinikahi."
Kalo lelah kerja ya istirahat, liburan kalo perlu. Ambil cuti ngga perlu banyak-banyak, 2-3 hari cukup untuk istirahatin badan dan pikiran. Kalo lelah terus maunya nikah, lah nanti setelah menikah juga masih bekerja lho. Memang bukan bekerja di kantor, tapi bekerja di rumah. Ngurus anak, ngurusin rumah. Bekerja juga kan?
Memang sih ngga perlu ngadepin macetnya jalanan, atau ngeladenin maunya si bos yang aneh-aneh, belum lagi temen kantor yang kerjaannya julid melulu bikin ngebatin. Bukan berarti gue menentang keras perempuan-perempuan yang memilih untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk jadi ibu rumah tangga, gue ngga pernah punya masalah sama mereka yang memilih jadi ibu rumah tangga. Tapi kalo nikah untuk jadi jalan keluar karena lelah bekerja, ya ngga pas juga.
Kesimpulan gue adalah, untuk permasalahan seperti itu menurut gue masih banyak jalan keluarnya selain menikah, masih banyak banget. Jadi, menikah itu bukan jalan keluar dari semua permasalahan wahai perempuan-perempuan sekalian yah.
Semoga opini gue bermanfaat untuk yang baca, dan kalo ada yang ngga setuju ya ngga apa-apa juga, namanya juga pendapat. Sekian. Sampai ketemu lagi!
Semoga opini gue bermanfaat untuk yang baca, dan kalo ada yang ngga setuju ya ngga apa-apa juga, namanya juga pendapat. Sekian. Sampai ketemu lagi!
20 September 2018
No comments:
Post a Comment