Lalu pesawat mulai bergerak laju, perlahan-lahan sebelum lepas landas. Beberapa maskapai lainnya pun hilir-mudik berancang-ancang terbang. Airmata yg sebelumnya sempat jatuh setitik saat bis tiba di Bandara, akhirnya jatuh bebas tanpa bisa dibendung. Lagi, untuk kedua kalinya hari ini.
Pesawatku menaikkan kecepatannya, bersiap untuk membawaku menuju awan. Badan pesawat pelan-pelan bergerak menuju langit, dan roda-roda mulai dimasukkan. Bandara, jalan raya, rumah-rumah, pepohonan, dan sungan sedikit demi sedikit pun mengecil. Salah, maksudnya aku yg semakin melayang tinggi.
Bahkan sampai detik dimana pepohonan, jalan raya, rumah-rumah, sungai, serta lautan menghilang dari pandangan karena tertutup awan, aku masih enggan untuk memalingkan mata dari jendela sekalipun airmata terus mengalir tanpa henti dari sudut-sudut mata. Tak apalah airmata ini terus berjatuhan karena mata kerap terbuka, aku harus menyerap sebanyak-banyaknya untuk disimpan dalam memori.
Dan pada akhirnya aku pun menyerah karena timbunan awan putih memerintahkanku untuk berhenti menatap ke belakang.
Thousands feet above sea level, seat 22A
8th February 2016 | 12.11 pm
No comments:
Post a Comment