Pertama, bicara tentang teleskop, kita pasti sering mendengar atau secara spontan kepikir, teleskop ini bisa memperbesar sampai berapa kali? Bisa sampai jutaan kali? Wow .. kalau memang demikian adanya, astronom gak punya kerjaan, karena gak usah susah-susah untuk setiap malam mengamati, cukup dengan mengintip teleskop, semua bisa melihat permukaan Mars seperti melihat halaman tetangga. Ini merupakan kesalah-kaprah-an yang memang dialami oleh banyak orang.
Jadi sekarang harus diluruskan, fungsi teleskop itu apa? Untuk melihat benda yang jauh? Untuk memperbesar citra dari obyek yang jauh, mmm, fungsi teleskop adalah untuk: Mengumpulkan cahaya!! Seperti juga fungsi mata kita, mata kita hanya bisa ‘melihat‘ jika ada cukup cahaya yang datang dari obyek yang kita amati sampai ke mata kita. Jadi fungsi teleskop adalah sebagai alat bantu mata untuk mengumpulkan cahaya lebih banyak dari mata kita bisa lakukan, sehingga informasi yang sangat-sangat redup (misalnya karena jauhnya) bisa teramati.
Dengan demikian, apa yang menjadi penting dalam memilih teleskop? Yang pertama harus dilihat adalah: Apertur, bukaan, atau diameter teleskop. Ibarat ember itu teleskop untuk menampung hujan (cahaya), makin besar diameter, makin mudah air hujan tertampung. Dengan demikian, penting untuk diingat, bahwa bukan diameter yang terpenting, tapi luas permukaan ember yang menentukan. Sebagai contoh, jika ember mempunyai diameter sebesar 20 cm (standard teleskop tipe Schmitdh-Cassegrain, jenis dan ukuran teleskop yang paling populer), akan mempunyai kemampuan mengumpulkan cahaya empat kali daripada yang 10 cm, karena luas lingkaran adalah berbanding kuadrat.
Jadi makin besar makin baik? Tidak juga, semua ada batasnya, pergolakan udara di atmosfer menjadi kendala pengamatan; pengamatan menggunakan teleskop terbaik di seluruh muka bumi ini mempunyai batas resolusi antara 0,5-2 detik busur, bergantung pada lokasi; dengan resolusi 0,5 detik busur diperoleh menggunakan teleskop dengan diameter 30cm, sedangkan semakin besar, tidak bisa memberikan resolusi yang lebih baik, kecuali mengumpulkan lebih banyak lagi cahaya. Jadi, kita sudah bisa memperkirakan dengan dana yang kita punya, berapa diameter yang kita inginkan.
Tapi apertur bukanlah alasan tunggal, seperti yang sudah diungkapkan di atas, faktor resolusi itu penting, resolusi adalah seberapa baik teleskop memisahkan dua obyek yang berdekatan (contoh: bintang ganda). Mempertimbangkan ‘dimana’ kita mengamat juga harus diingat, karena, seperti di semua tempat di daerah tropis dengan kelembaban tinggi, menyebabkan reduksi yang sangat besar pada resolusi pengamatan, sehingga, diameter 20 cm atau 30 cm bisa jadi memberikan hasil yang ‘sama saja’.
Lalu, itu saja pertimbangannya? Pernah perhatikan bahwa ada teleskop yang ukurannya panjang, pendek? Ada satu faktor yang perlu diperhatikan, yaitu panjang fokus. Panjang fokus adalah panjangnya jarak yang harus ditempuh cahaya dari lensa obyektif (teleskop refraktor) atau cermin utama (reflektor) ke suatu titik dimana cahaya itu difokuskan. Gampangnya, gambarnya fokus itu butuh berapa jauh? Makin jauh panjang fokus, makin besar bayangan pada titik fokus. Gambarannya, seperti LCD proyektor dan layarnya, berapa jauh jaraknya? Pindahkan layarnya menjauh, gambar dari LCD proyektor akan membesar, tapi makin redup.
Jadi, panjang fokus itu penting untuk menentukan pembesaran. Makin panjang fokusnya, makin besar pembesaran yang bisa diperoleh, tentu saja dengan mempertimbangkan adanya pembatasan yang ada, tapi dengan menyertakan lensa okuler untuk pengamatan, berapa besar bisa dihitung. Perbesaran teleskop merupakan hubungan panjang fokus dbagi panjang fokus okuler yang kita pergunakan. Misalnya kita punya teleskop dengan panjang fokus 1000mm, kita mempergunakan okuler seukuran 50mm,maka kita mendapatkan perbesaran sebesar 1000mm/50mm=20x.
Jadi, sepanjang hanya melakukan kegiatan mengamati, kita bisa menentukan berdasarkan spesifikasi yang ada pada teleskop, pengamatan apa saja yang mungkin bisa dilakukan.
Lalu bagaimana jika kita ingin melakukan fotografi? Ada satu istilah yang biasa digunakan oleh penggemar fotografi, yaitu Fokal Rasio. Fokal rasio merupakan perbandingan antara panjang fokus dibagi lebar diameter. Ini lebih penting alih-alih panjang fokus, karena biasanya fotografer astronomi akan mengganti okulernya dengan kamera.
Pengaruh fokal rasio tidak terlalu terasa secara visual, tapi sangat menentukan secara fotografi, karena menentukan seberapa cepat gambar diambil menggunakan teleskop. Jika fokal rasio yang lebih kecil dikatakan cepat, sedangkan fokal rasio yang lebih besar dikatakan sebagai lambat. Sebagai contoh f/5.6 lebih cepat dari f/10, yang memberikan efek yang berbeda secara fotografi.
Baiklah, kita sudah membahas aspek-aspek yang teoritis dalam memilih teleskop, sekarang kita memilih hal-hal yang lebih nyata. Yaitu, memilih teleskop itu sendiri:
Seperti yang telah dibahas, ada tiga jenis rancang-bangun teleskop, reflektor, refraktor dan katadioptrik.
Jadi saya langsung membuat review sederhana:
Refraktor. Jika anda seorang pemula yang hanya sekedar ingin melihat-lihat, bisa melihat langit atau alam, refraktor adalah pilihan yang baik. Cukup memilih refraktor dengan tipe obyektif yang akromatik. Tapi jika anda ingin mendapatkan citra langit yang baik baik, baik secara visual maupun fotografi, pikirkan refraktor apokromatik yang tentu saja lebih mahal.
Reflektor. Teleskop Newtonian adalah yang terbaik untuk pemula, dengan syarat tidak melakukan fotografi, tapi paling tidak teleskop ini lebih irit biaya.
Katadioptrik. Dari pengamatan benda jauh, pengamatan planet, sampai pencitraan, yang berarti bisa digunakan pada hampir semua kegiatan pengamatan; pilihan terbaik jatuh pada Schmidt-Cassegrain. Tentu saja dengan harga yang, lumayan.
Itu adalah pilihan jenis-jenis teleskop, lalu bagaimana dudukannya?
Dudukan teleskop bisa jenis Altazimuth, atau Equatorial, tergantung pada tingkat keseriusan pengamatan.
Jadi rekomendasi saya:
1. Pengamatan Siang/Malam
Teleskop: Semua, Diameter: 70mm-150mm, Panjang Fokus: Terserah, yang gampang dibawa saja. Refraktor bagus untuk medan lebar, Cassegrain untuk medan sempit/planet.
Dudukan: Altazimuth
2.Pengamatan Bintang/Langit Malam
Teleskop: Newtonian/Schmidt-Cassegrain, Diameter: 150mm atau lebih.
Dudukan: Altazimuth; Equatorial (jika ingin fotografi)
3. Astrofotografi
Teleskop: Refraktor (Apokromatik)/Schmidt-Cassegrain
Dudukan: Equatorial
4. Pertimbangan keuangan
Ini perhitungan kasar saja.
Dibawah 5jt Rupiah, 150mm-200mm Dobsonian untuk melihat bintang, 100mm Refraktor bisa untuk langit/alam.
Sampai 15jt Rupiah Schmidt-Cassegrain 200mm yang dilengkapi komputer, 250-300mm Dobsonian, atau Newtonian, Refraktor yang sudah dilengkapi komputer.
Harga menentukan pilihan, memang, sebuah ironi. Tapi untuk mendapatkan yang terbaik bukanlah berdasarkan harga atau keuangan, tapi pintar-pintar kita memilih dan merencanakan. Selamat berburu langit malam dengan teleskop.
PS: untung nemu artikel ini ya allah, kalo engga mah salah beli teleskop ntar gue. iya gue, anak akuntansi, yg pengen beli teleskop. aneh? engga ah biasa aja~
No comments:
Post a Comment